<p style="text-align:justify; margin:0cm"><span style="font-size:11pt"><span style="line-height:115%"><span style="font-family:Arial,sans-serif"><b><span lang="id" style="font-size:9.0pt"><span style="line-height:115%"><span new="" roman="" style="font-family:" times="">DALUNG (06/04/2025)</span></span></span></b><span lang="id" style="font-size:9.0pt"><span style="line-height:115%"><span new="" roman="" style="font-family:" times=""> - Kegiatan Penilaian Ogoh-Ogoh Zona 6 Kabupaten Badung yang bertempat di masing-masing banjar se-Desa Dalung pada Rabu, (5/3) hingga Kamis (6/3). Dalam kegiatan ini turut hadir 3 orang juri yang ditugaskan langsung oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung yakni I Nyoman Darmu, I Made Alit Suaja, S.Sn., dan Ida Bagus Gede Dwijangsa Manuaba., Ketua Sabha Yowana Desa Adat Dalung Gede Arya Putra Pratama., dan Sekaa Truna yang dikunjungi yakni ST. Bhineka Eka Prapti Banjar Campuan Asri Kangin. </span></span></span></span></span></span></p> <p style="text-align:justify; margin:0cm"> </p> <p style="text-align:justify; margin:0cm"><span style="font-size:11pt"><span style="line-height:115%"><span style="font-family:Arial,sans-serif"><span lang="id" style="font-size:9.0pt"><span style="line-height:115%"><span new="" roman="" style="font-family:" times="">Tujuan dari penilaian ogoh-ogoh ini adalah guna meningkatkan kreativitas generasi muda dalam mengembangkan seni dan budaya lokal, sekaligus sebagai bentuk apresiasi terhadap karya seni yang dibuat dengan penuh dedikasi. Selain itu, penilaian ini juga bertujuan untuk melestarikan tradisi Bali, sejalan dengan program pemerintah dalam menjaga warisan budaya. Melalui proses penjurian, peserta didorong untuk terus berinovasi dalam menciptakan ogoh-ogoh yang tidak hanya indah secara visual tetapi juga memiliki nilai filosofi yang mendalam. Dengan adanya penilaian, diharapkan semangat kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat semakin kuat, serta menjadikan ogoh-ogoh sebagai media edukasi tentang ajaran dharma dan keseimbangan hidup.</span></span></span></span></span></span></p> <p style="text-align:justify; margin:0cm"> </p> <p style="text-align:justify; margin:0cm"><span style="font-size:11pt"><span style="line-height:115%"><span style="font-family:Arial,sans-serif"><span lang="id" style="font-size:9.0pt"><span style="line-height:115%"><span new="" roman="" style="font-family:" times="">Nala Kuda Panolih merupakan karya ogoh-ogoh dari ST. Bhineka Eka Prapti Banjar Campuan Asri Kangin. Kata "Nala" memiliki arti emosional yang identik dengan kemarahan. Di mana setiap orang yang marah akan berubah wujud dengan kemarahannya. Diceritakan ketika Dalem Bali menyaksikan upacara di Madura, Beliau tercengang melihat kepiawaian seorang patih yang bernama Arya Kuda Panolih. Seusai kegiatan tersebut, Dalem Bali berkeinginan mengajak Arya Kuda Panolih untuk menjadi patih di Bali. Lalu, dalam perjalanannya di Pantai Canggu di tengah laut, Dalem Bali menguji kesetiaan dan kekuatan Patih Arya Kuda Panolih dengan membuang sebilah keris ke tengah laut. Arya Kuda Panolih tersebut lalu mengejar keris tersebut yang telah berubah menjadi naga. Ketika di tengah laut, bertemulah Arya Kuda Panolih dengan Ikan <i>Cucup</i> yang memberitahunya bahwa keris tersebut menuju ke arah timur yaitu daerah Sanur. Sesampainya di Sanur tepatnya di Pantai Karang, bertemulah Arya Kuda Panolih dengan ikan <i>Kokak</i> (kerapu) dan memberitahunya bahwa naga itu adalah keris Dalem Bali yang terjatuh. Ikan Kokak ini bersedia memberi tumpangan kepada Arya Kuda Panolih untuk mengejar Naga. Sampai akhirnya ia berhasil mendapatkan Naga dan memasukkannya ke <i>saung</i> dan diberilah nama Ki Bhagawan Canggu. Sesampainya di Gelgel, Dalem Bali diwanti-wanti kembali untuk menguji kekuatan Arya Kuda Panolih. Kemudian diundanglah beberapa patih untuk menguji Arya Kuda Panolih. Arya Kuda Panolih sudah siap dengan <i>Siat Paplengkungan</i> menunjukkan kekuatannya bagai kuda untuk menaklukkan patih Gelgel. Kekuatan tersebutlah disebut sebagai Nala Kuda Panolih. </span></span></span></span></span></span></p> <p style="text-align:justify; margin:0cm"> </p> <p style="text-align:justify; margin:0cm"><span style="font-size:11pt"><span style="line-height:115%"><span style="font-family:Arial,sans-serif"><span lang="id" style="font-size:9.0pt"><span style="line-height:115%"><span new="" roman="" style="font-family:" times="">Salah satu perwakilan Sekaa Truna Bhineka Eka Prapti bernama Mang Arya mengungkapkan bahwa proses pembuatan ogoh-ogoh dimulai sejak awal bulan Januari menjadi pengalaman yang penuh tantangan sekaligus kebanggaan bagi mereka. "<b><i>Dari awal Januari, kami sudah mulai menggarap konstruksi dan proses lainnya yang dikerjakan bersama-sama. Banyak suka duka yang kami alami, mulai dari kendala cuaca, waktu yang terbatas, hingga mencari waktu agar banyak pemuda yang bisa ke banjar</i>,"</b> tutupnya.</span></span></span></span></span></span></p> <p style="text-align:justify; margin:0cm"> </p> <p style="text-align:justify; margin:0cm"><span style="font-size:11pt"><span style="line-height:115%"><span style="font-family:Arial,sans-serif"><b><span lang="id" new="" roman="" style="font-family:" times="">(KIMDLG - 003).</span></b></span></span></span></p>
Nala Kuda Panolih : Persembahan Hasil Karya Kreatif ST. Bhineka Eka Prapti Br. Camas Kangin Dalung
06 Apr 2025